Minggu, 15 Februari 2009

PROLOG 1: MAKAR ARMITH SANG PANGERAN KE LIMA

PROLOG 1:MAKAR ARMITH SANG PANGERAN KE LIMA


Saat malam telah menaungi langit Grandalas, hujan turun dengan sangat lebat. Gemuruh angin menampar tanpa ampun dedaunan, serta mematahkan ranting-ranting pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan setapak desa Arwerest. Desa para kurcaci yang berada dalam dominasi kerajaan Grandalas yang letaknya berbatasan langsung dengan desa-desa para manusia. Petir terlihat menyambari beberapa pohon beringin merah yang banyak tumbuh di sekitar sungai besar Axz. Sungai utama yang terletak di sebelah barat perbukitan Amerguis, tempat istana agung kerajaan Grandalas berdiri kokoh. Air hujan yang jatuh ke bumi sangat tidak lazim, dikarenakan airnya yang berwarna merah marun. Mencitrakan bulir embun bak darah yang mengalir.

Membuat semua orang mengira saat itu adalah hari kutukan. Ketakutan berkumandang dalam batin orang-orang yang masih terjaga, mempertanyakan ; atas sebab apa mereka akan di azab?

Ketakutan nampaknya menjadi benih yang paling subur malam itu. Nutrisi hujan merah marun di serap jiwa-jiwa tak berdosa. Kengerian meliputi malam saat derap-derap Tentara berseragam zirah berwarna hitam pekat melintasi desa-desa. Kuda-kuda mereka dengan angkuh dan bernafsu menapaki kota utama Natvez, mengembuskan asap tebal di udara dari ringikan yang sama sekali tidak harmoni. Pasukan pejalan kaki melewati rumah-rumah penduduk dari segala penjuru dengan memperlihatkan raut wajah yang keras dan liar. Lirikannya begitu menjijikkan, memburu apa saja yang dapat di rusak. Namun malam itu mereka tak boleh berperilaku sebagai perompak. Karena misi besar tak dapat menunggu kedenggilan nafsu rendahaan yang sesaat. Mereka boleh memuaskan hawa nafsu setelah misi utama selesai.

Tentara berzirah merah yang berjumlah juah lebih sedikit bergerak sangat cepat, fleksible dan dinamis, seolah-olah mereka adalah kera-kera yang pandai melompat. Nampaknya mereka adalah golongan elit dari pasukan.

Para tentara itu bergerak memenuhi wilayah-wilayah kekuasaan Grandalas bahkan sampai gang terkecilpun. Sebuah etika pengerahan pasukan yang barbar dan pengecut. Terlihat beberapa ribu kaum Bowrk atau orang timur lebih mengenalnya sebagai Jin didampingi para Setan tua bergerak bagai pijaran api membakar. Aroma amis segera menyebar, menusuk penciuman sampai paru-paru. Para Kaum Bowrk itu sebagian melayang di atas udara yang pekat karena air hujan yang entah mengandung zat apa? Sebagian lagi melompat dari satu atap ke atap lainnya. Terlihat indah dari jauh seperti permainan cahaya atau kembang api, sampai kau melihat wajahnya yang menyeramkan, dan akhirnya tubuhmu kaku ketakutan. Ada beberapa yang bergerak di dalam tanah, menciptakan gundukan tanah berjalan. Entah berwujud ular atau cacing raksasa, entahlah? Belum terlalu jelas. Kaum Bowrk terdiri dari bermacam-macam wujud serupa monster-monster, mereka bersisik, bertanduk, bercaling, memiliki cakar, sebagian dengan bulu kasar, sebagian lagi licin menjijikkan. Namun mata mereka sama; merah membakar!

Bersama itu sekawanan Naga api dan juga ratusan Gagak raksasa berparuh biru terbang melintasi raungan petir; Seolah serangga yang sedang melakukan migrasi besar-besaran. Mereka melayang jauh lebih tinggi daripada para Bowrkan dan Setan tua. Saat kilat menari-nari dengan daya terangnya yang mencalat, maka akan terlihat di langit lepas pemandangan menakutkan dari para Naga dan Gagak raksasa berparuh biru. Berdegup kencang dan keputusasaan akan rasa keselamatan segera menjangkiti siapapun yang melihatnya. Itu pasti!

Suara derungan sambaran petir tidak sendiri, bukan hanya di temani suara rentesan hujan dan angin kencang. Karena suara ternak yang bersahut-sahutan memperparah dawaian malam kelam, ringkikan keledai yang ketakutan, sangat membisingkan dan terasa memperumit keadaan. Nampaknya hewan-hewan itu sangat terganggu akan kehadiran Hyena-Hyena merah yang berbaur bersama para tentara berbaju zirah. Semua orang bersembunyi di dalam rumah tanpa bersuara dan mematikan lentera-lentera yang menempel pada dinding-dinding dingin rumah mereka, serta menutup tirai-tirai yang membatasi dari teror yang terlalu tipis dari keberadaan mereka.

Ketakutan yang menggigil menemani nafas-nafas mereka!


Semua mahkluk itu adalah satu kelompok pasukan dengan para pasukan berkuda dan juga pasukan pejalan kaki. Di sebuah area perbukitan lapang, Badak-badak Diverdhame menarik alat pelontar beroda gerigi menuju ke sebuah komplek bangunan agung yang bersila dengan kewibawaannya. Komplek bangunan yang segera akan di ratakan dengan kemarahan dan kedengkian. Beberapa kelompok pasukan membawa kendora. Sekelompok pasukan berkendara anjing hitam berkepala dua dengan tanda putih di dahinya. Anjing-anjing itu meliur di antara rahang, menetes di rerumputan dan lekat menempel. Jangan sampai kau menginjaknya jika sepatumu tidak ingin merekat. Mereka lebih awal hadir dari semua pasukan. Para pasukan yang di ceritakan dengan rintihan teror tadi sudah datang dari berbagai penjuru. Berkumpul melakukan sebuah ritus singkat yang sudah mendarah daging berupa raungan buas dan liar. Seorang Pria tampan dengan tatapan sinis melirik semua pasukannya saat semuanya telah berkumpul di daerah perbukitan yang sangat luas dan lapang. Matanya berpetualang dengan puas ke arah pasukannya. Senyum simpul tersungging. Bola matanya yang perak bercahaya dan berbinar. Menusuk gerbang utama komplek bangunan yang menjadi target. Seorang lelaki setengah baya, berambut merah dan jangkung berada di sampingnya. Duduk dengan angkuh di atas seekor badak besar; badak Diverdhame. Wajah pria kasar itu penuh dengan guratan yang bersulam jahit, jelek, terlihat garang dan penuh kebencian. Kaum Bowrk dan Setan tua segera berkumpul di depan seekor Iblis betina. Tubuhnya penuh api hitam yang menyala-nyala. Ia melayang beberapa meter dari atas tanah. Menenangkan kaumnya yang mendesis-desis.


Peperangan segera pecah! Di perbukitan lapang itu genderang tampah dan terompah bersaut-sautan. Ribuan pasukan pertahanan segera meluncur deras keluar. Dikerahkan dari setiap penjuru benteng terluar. Suara centang cementang dari gesekan pedang menghiasi aroma kematian yang tercium dari segala penjuru. Jantung-jantung berdegub keras, terdengar dalam udara yang tercemar kebengisan. Bendera-bendera di pertahankan untuk tegak, menandakan harga diri tinggi yang tidak mau dipadamkan dari pasukan pertahanan.

Pasukan makar tidak membutuhkan bendera, mereka tidak mengenal harga diri.

Badak-badak Diverdhame berjalan maju lalu berhenti di titik yang cukup strategis untuk melontarkan batu dari kereta pelontar. Lontaran batu yang diminyaki minyak Wampats yang membakar dari daerah Azhambart di sulut dengan api-api kaum Bowrk. Menambah kuat daya ledak. Lontaran batu itu menabrak benteng-benteng Diverdhame kemudian meruntuhkan tembok-temboknya. Menciptakan gemuruh maut yang membinasakan prajurit-prajurit yang melakukan pertahanan dari balik benteng. Pasukan makar terus maju, menghancurkan formasi-formasi tipis pasukan pertahanan yang terlalu kaget menghadapi peperangan mendadak. Para Bowrkan dan setan tua telah memasuki atsmosphere komplek istana. Mereka membuka jalan bagi pasukan makar yang datang dengan berbagai dimensi kekuatan. Pasukan elit berzirah merah bergerak lincah, menabrak udara dingin, merobek-robek perut prajurit yang mempertahankan benteng. Ring 1 telah di kuasai pasukan makar. Mereka seperti virus yang tidak memiliki penawar. Seolah racun dan bisa yang menyerang syaraf dengan cepat.


Pangeran Armith bersama para sekutunya: Raja Braind dari kerajaan Diverdhame dan Ratu Iblis Nukkra beserta seluruh bala tentara mereka menyerang dari segala penjuru arah. Mereka mengepung komplek istana, kemudian merangsak masuk ke Istana utama kerajaan Grandalas setelah gerbang utama di hancurkan dari dalam. Pasukan elit menyusup di temani Bowrkan. Mereka tidak membuang waktu untuk segera menghentikan denyut jantung kekuasaan Grandalas. Mereka melumat habis setiap pasukan kerajaan Grandalas yang di temuinya sebelum sempat membuat formasi pertahanan sekalipun. Ribuan tentara kerajaan Grandalas segera keluar dari kelengahan mereka dan di kerahkan total dari setiap benteng-benteng pertahanan terus-menerus. walaupun demikian, kekuatan dari Armith dan sekutunya terlalu kuat untuk di tahan. Mereka mendobrak tanpa ampun dengan rentetan teror yang kejam.

Pihak kerajaan Grandalas tidak menduga sama sekali serangan gerilya yang diotaki oleh salah satu Pangeran mereka sendiri. Bahkan benteng-benteng yang dibangun kokoh semakin detik semakin tak kuasa membendung pasukan makar yang mengerikan itu.

Mereka adalah wabah yang mengerikan, air bah yang menghancurkan bendungan terkokoh!

Perang tidak terelakan lagi, para ksatria Grandalas turun dari singgasananya. Dengan gagah berani mereka bercampur baur dengan para prajurit Grandalas untuk membuktikan ketangguhannya. Tidak terkecuali para Pangeran. Mereka berusaha mengkomandoi berbagai satuan prajurit yang tidak Nampak siap untuk peperangan mendadak.

“Kurang ajar kau Armith! Pengkhianaaat...!“

Sang Putera Mahkota kerajaan Grandalas Pangeran Rotmith yang juga kakak satu darah Armith melontarkan anak panah ke arah Armith melalui kuda hitam yang kini di tungganginya, namun panah-panah yang terhambur dari Busur Perak miliknya tidak ada satupun yang dapat mengenai Pangeran Armith. Rupanya perisai gaib melindunginya dari serangan apapun. Serangan membabi buta dari pangeran Rotmith dan pasukannya sempat menganggu formasi terdepan tentara barbar Diverdhame, namun tidak berlangsung lama. Pasukan barbar it uterus merangsak maju. Sulit untuk menahan gempuran yang amat solid itu.

Dari langit terlihat seekor gagak raksasa menukik. Ia bergerak secepat anak panah yang lepas dari busurnya. Pandangannya dari arah belakang terfokus pada Pangeran Rotmith.

Pandangan itu begitu bengis!

Gagak itu menyempurnakan niatnya dengan mencabik punggung dari sang Putera Mahkota dengan ganasnya. Baju zirah yang di pakai sang Pangeran tak dapat melindunginya dari serangan ganas itu. Senyum puas tersungging dari bibir Armith yang melihat jelas kejadian itu. Akhirnya sang Putera Mahkota tewas menyusul tiga Pangeran lainnya yang telah lebih dulu tewas dalam pertempuran yang sama. Mereka: Pasukan elit Pangeran Armith yang bersekutu dengan Tentara Ratu Iblis Nukkra dan Tentara Barbar dari kerajaan Diverdhame betul-betul telah berhasil menghabisi para Ksatria dari kerajaan Grandalas yang terkenal pemberani.

Sivmith sang Pangeran termuda terbelalak melihat kakak tertuanya tewas dalam cengkraman sang gagak raksasa bawahan Pangeran Armith. Ia hanya bisa mengungkapkan kemarahannya dalam dadanya yang membuncah. Sampai-sampai terkesan memerah bola matanya menaungi air mata yang belum pecah. Tali kekang kuda yang ditungganginya terlihat bergetar, menandakan aliran darahnya mengalir tak stabil, membuat kuda yang di tungganginya gelisah.

“Kakaaak..!!“ Teriaknya sambil menebaskan pedangnya dengan kuat dan cepat pada kepala dan jantung tentara barbar yang mendekatinya. Ia menghela nafas berat saat melihat pasukan musuh berkali-kali lipat banyaknya dari pasukannya.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang menghentikan lajunya “Ya sang Raja! Aku harus melindungi yang mulia juga ibunda Ratu.“ Ia kemudian memutuskan untuk mundur dari pertempuran yang ia anggap sia-sia dengan kuda coklatnya. Ia mundur untuk kembali ke istana utama dan bermaksud menyelamatkan sang Raja Grandalas.

“Kita berhasil..! Kita akan menguasai kerajaan Grandalas untuk selama-lamanya..!!“ Raja Braind dari Diverdhame itu mengangkat palunya yang besar ke atas langit dengan congkaknya. Badak Diverdhame yang ditungganginya beranjak maju dengan kecepatan penuh “Majuuu..!!“ Sang Raja Barbar itu semakin bersemangat. Ia terus mengkomando tentara Barbarnya. Ia juga mengerahkan ratusan Hyena merah sebagai senjata perangnya yang tak manusiawi, untuk terus menekan pertahanan pasukan Grandalas yang hampir pecah.

Sang Ratu Iblis Nukkra beserta Bowrkan dan para Setan tua juga berhasil memukul mundur tentara kerajaan Grandalas yang masih bertahan. Serangan ganas itu terlancar melalui tanah dan udara. Pasukan Anjing hitam berkepala dua dengan tanda putih di dahi yang di munculkan dari rapalan mantra sihir ratu Iblis, benar-benar membuat ngeri para pasukan kerajaan Grandalas karena kebuasannya. Pasukan Bowrkan yang ganas nan menyeramkan terus menusuk maju dan membuat kocar-kacir tentara Grandalas yang terus berjuang dengan gagah berani.


Sementara di dalam istana, Raja Grandalas XII tampak memasang baju zirah kebesarannya yang sudah puluhan tahun tak di kenakannya. Ia di temani Jendral Vaxes yang masih sepupunya dan Jendral Rakop yang keturunan setengah Elf. Ia baru saja memerintahkan Pangeran Oxfinosh yang masih merupakan pamannya untuk mengantarkan serta menjaga sang Ratu Grandalas dan Puteri Zanimith untuk melarikan diri melalui jalan rahasia Xedracoz. Sebuah jalan berupa terowongan bawah tanah yang dirahasiakan.

Sang Ratu enggan meninggalkan Raja Grandalas XII dan Kerajaannya. Namun Pangeran Oxfinosh terus memaksanya dengan rasa pedih. Beberapa pengawal Istana mengawal dengan waspada. Mereka masih berada di muka lorong-lorong bawah tanah Xedracos “Aku mohon Pangeran! Biarkan aku menemani yang mulia, walau hingga tetes darah terakhir. Ini adalah janjiku sebagai anak dari keturunan kaum Mawr yang mulia.“

“Yang mulia Ratu! “ Ucap sang Puteri.

“Tidak! Yang mulia memerintahkanku untuk mengawal dan mengantar anda ke luar dari istana Grandalas yang agung ini. Apa anda mau melawan titah yang mulia?!“ Wajah Ratu Grandalas tampak menahan beban yang sangat berat, namun akhirnya dengan langkah yang pahit ia mengikuti permintaan Pangeran Oxfinosh, paman dari Raja Grandalas XII yang sudah berumur 120 tahun. Puteri Zanimith yang di temani para dayangnya hanya bisa melelehkan air mata dengan perasaan putus asa, mengeluhpun percuma. Ia berjalan sambil memandangi mata ibunya yang tidak begitu cemerlang dikarenakan beban pada pikirannya. Ratu Grandalas diam, dahinya turun mengkerut, menandakan ia sedang berpikir dengan amat keras, dengan rasa galau dan kebingungan yang terlalu besar. Ia terjebak antara kesetiaannya sebagai Ratu Grandalas dan kesetiaannya mengikuti titah Raja. Begitu rumit situasinya, hingga satu keluarga yang utuh harus tercerai-berai dengan rasa pedih yang meraja.


Sementara itu sang Raja sudah memegang pedang pusaka Leon yang termahsyur. Pedang pusaka yang kekuatannya pernah membunuh seekor Dracois. Naga jahat dari danau Montroul: Sebuah danau berwarna Jingga yang terdapat di dalam hutan terlarang. Naga itu di tumpas oleh Klan Ksatria zirah putih yang akhirnya memimpin negeri Grandalas; Nenek Moyang Raja Grandalas XII.

Sang Raja di temani dua jendralnya menuruni anak tangga menuju ke koridor tengah yang tersambung dengan Balkon Agung tempat sang Raja biasanya bertatap muka dengan rakyatnya. Nampaknya ia siap bertempur dengan gagah berani seperti yang dilakukannya 30 tahun yang silam, saat peperangan Cuntrazon berlangsung di tanah Grandalas. Namun Pangeran Sivmith menemukannya di antara anak tangga Istana Singgasana. Raut wajah sang Raja berubah, ia nampak murka dan warnanya mulai memerah, saat melihat salah satu puteranya kembali ke dalam istana.

“Apa yang kau lakukan Pangeran ke enam?! Bukankah pertempuran ada di luar sana?“

“Yang Mulia! Hamba mohon yang mulia segera pergi dari istana ini. Pasukan kita bukan tandingan pasukan sihir Armith yang di dukung oleh pasukan Barbar dari Diverdhame dan juga para Satan! Mereka telah memenuhi pelataran istana pusaka, kita terjepit yang mulia. bahkan semua Logistik kita telah dirampas!“

“Apa!” Sang Raja begitu murka, sampai ia menampar pipi Pangeran Sivmith. Pangeran ke 6 itu menundukkan kepala dengan perasaan tertekan. Ia tak tahu bagaimana harus mengangkat wajahnya, dikarenakan rasa malu dan kesedihannya.

“Aku Singa Zirah Putih, tak akan rela pergi seperti pengecut yang meminta sedekah karena kemalasannya! Apa kau tidak malu kembali ke dalam istana? Sementara ke tiga saudaramu dan seluruh ksatria istana ini bertempur habis-habisan?!“ Sivmith semakin menundukkan wajahnya, seolah kulitnya yang kencang mengendur. Ia tak kuasa membendung air matanya.

“Mereka, mereka telah gugur yang mulia.“

“Apa?!“ Raja Grandalas XII terkulai lemah dalam anak tangga, ia terjerambab mendengar berita itu. Ia berpegangan pada dinding marmer biru yang licin sebagai sisi tembok tangga. Jendral Vaxes yang memakai baju zirah berwarna biru tua kemudian menahan lengan sang Raja. Gemetaranlah seluruh tubuh Raja, ia tak mampu berdiri sesaat. Seolah anak bayi yang baru belajar merangkak.

“Saudaraku yang mulia, engkaulah sang Raja!” Seru Jendral Vaxes. Ia berusaha mengangkat moral sang Raja, kembali pada singgasananya.

Baru kali ini Pangeran Sivmith melihat sang ayah yang biasanya tegas dan berwibawa menangis penuh pilu. Namun sang Raja yang terkenal bijaksana itu tidak berlarut lama. Masih dalam tangisannya kemudian ia bangkit kembali sambil berseru.

“Aku Raja Grandalas ke XII. Aku mewarisi darah leluhurku yang mulia, klan Ksatria Zirah Putih! Pendiri kerajaan Grandalas. Hari ini aku akan menggunakan tubuhku sebagai zirah dan martir untuk kerajaan Grandalas yang Agung.”

“Hidup yang mulia! Izinkan hidup kami bagi Grandalas…!!” Seru Jendral Rakop yang mendampingi sang Raja yang mengenakan baju zirah berwarna merah tua itu. Sang Raja mengangguk dengan raut yang menunjukkan semangatnya. Ia menepuk bahu Jendral Vaxes, kemudian Jendral Rakop, lalu ia mengarah pada putera bungsunya “Nah puteraku yang pemberani, apakah kau mau menyertai aku?“

“Yang mulia segala perkataanmu adalah titah bagiku. Aku Sivmith sang Rajawali akan mendampingi sang Singa Putih untuk kembali memenuhi pertempuran yang agung dan mulia di luar sana!“ Jawabnya sambil mengangkat pedangnya. Tiba-tiba keberaniannya bangkit kembali dan kekhawatirannya telah hilang sama sekali. Rupanya ia tersadar betapa besar jiwa-jiwa keturunan klan zirah putih. Sang Raja kemudian menepuk pundak puteranya dengan bangga. Mereka ditemani kedua Jendral besar kerajaan Grandalas menuruni anak tangga menuju koridor bawah dan keluar ke balkon agung di lantai dua Singgasana Grandalas untuk memimpin pertempuran dahsyat itu.

To Be Continued to Prolog 2

23 komentar:

  1. gile seru banget, jenius lho (Sabaku No Gaara)

    BalasHapus
  2. (thinking)dan
    *bersiap-siap membaca prolog 2*

    BalasHapus
  3. Muzzakir. Dav gak sabar baca prolog 2nya, gile si Armith kurang ajar emang

    BalasHapus
  4. 1 word kereeeennnnnn

    BalasHapus
  5. Kak Daviiiii, bagus bangettttt. Kk emang top banget deh, luph you (Faziah)

    BalasHapus
  6. kakqyu yang imut, novel kakaqyu gak kalah kok dari harry potter atau lotr, duh bagyus banet, nantyi kalo terbit adikmu ini dikaci glatis, boleh kan? please, aku kan dik kecayanganmu kakak

    aku paling cuka cama penunggang pegasus bermata tiga, aku nge fans sama dia,

    kakakqyu udah dulu ya, aku mau negrjain pr becok cekola, ummmuahhhh

    akyu si Selfi

    BalasHapus
  7. Sigit ni, wei bro prolognya ada 2, ya? seru nih

    BalasHapus
  8. Varia mengatakan, akang davi yg cakep, novelnya secakep orangnya, eh add fb aku ya nanti aku mssg ke fs kamu dav

    BalasHapus
  9. woi ini novel siapa yg buat si, bener lo bukan si, ayo jujur, bukan saduran atau terjemahan ni?

    BalasHapus
  10. Wah, hebat lo bro!!!
    Ni Novel ke brp??
    kya yg sring nulis, kliatan dr bhasa'y. hehehe

    BalasHapus
  11. Keren, tapi masih berlanjutkan?

    BalasHapus
  12. sudah diterbitkan belum? mirip kisah2 Lord of the rings ya. bagus.

    btw, sudah difollow ya blognya.

    BalasHapus
  13. Daviiiii pengkhianatttt!!!! eh salah itu Armith ya, kidiing law, keren seru,kayaknya go bakal nge fanz

    Sunda-Jawa

    BalasHapus
  14. kalo di bikin pilem pasti bagus mass

    BalasHapus
  15. waduh... ceritanya panjang banget... masih ada lanjutannya ya...???

    BalasHapus
  16. hwaduh,,,
    gmana ya,,,terlalu detil,,,
    jadi kaya jualan deh,,jadinya kurang ngalir,,,
    sori komennya gini,,bukan bermaksud menggurui
    lagian gw jg gak bisa nulis

    BalasHapus
  17. Cerita keren bang, saya juga lagi nulis novel fiksi fantasi semacam ini, judulnya Fontheus, bisa kunjungi blog saya di http://fontheus.blogspot.com/

    BalasHapus
  18. Wau ! Pas bgt ini novel ama gw.........kayak adventure-adventure jaman medieval gtu,,,,,


    terus buat novel yang menarik dan menurut gw lebih baik klo novelnya dibuat gak ketebak jalan ceritanya.....

    Btw,Thanks for the comment !

    BalasHapus
  19. Novel fantasi ya? Keren, cuma jangan sampe terbawa arus cerita2 fiksi luar yang dah ada ya. Harus punya karakter tersendiri. Buat bezaaa dan uniq, OK
    Semangat dan salam kenal

    BalasHapus
  20. "Nutrisi merah marun diserap jiwa-jiwa tak berdosa", kok rasa-rasanya ungkapan ini mengambang ya, nyelip dan kurang bisa dimengerti, menurutku pengungkapannya terlalu diada-ada dan kata-kata pembangunnya agak timpang. Coba dikoreksi lagi deh, dan yang itu hanya salah satu contoh saja! Berlakulah sedikit kejam pada karya diri sendiri, toh karya sendiri ini, bukan merombak karya orang lain! Demi kemajuan Kang!

    BalasHapus
  21. Hmm...aku datang memenuhi undangan mencoba menulis komentar untuk prolog novel mas Davi..

    well maaf sebelumnya ada beberapa koreksi yang perlu aku underline, karena sebagai pembaca & penggemar novel2 fiksi ada beberapa hal yang mengganggu yang perlu disampaikan untuk kesempurnaan novel mas Davi.

    1. Novel fiksi imajinasi tidak sepenuhnya fiksi (kenapa demikian? karena jika ini terinspirasi dari novel2 fiksi adventure luar negeri ala Harry potter, LOTR, Hercules, Eragon, The alchemist, twilight or whatever. Harusnya mas Davi mengamati bahwa mereka memiliki rule yang sama mengenai makhluk2 fiksi yang mereka angkat semacam elf, dwarf, naga, magician dsb) mereka semua mendasarkan pada mitologi luar negeri mengenai makhluk2 fiksi, dan itupun tidak sembarang diangkat karena mereka melakukan riset standar semacam (seperti apa makhluk itu, cara hidup, budaya bahkan bahasa!) karenanya jika mas Davi berniat mengangkat tokoh imajinasi tolong difokuskan satu persatu.
    2. berkaitan dengan point no.1, harusnyacerita ini disampaikan dengan mengalir. Satu persatu, mas Davi harus memiliki rule yang jelas mengenai sudut pandang, gaya bahasa, penyampaian setting. (contohnya: mas davi menyampaikan ini secara 'loncat-loncat' belum selesai pembaca fokus pada tokoh fiksi satu tiba2 mas davi loncat ke setting suasana dsb)
    3. Tolong perhatikan eyd contohnya jenis makhluk tidak perlu huruf kapital tapi nama makhluk harusnya kapital misal Davi adalah seorang manusia dll (ini penting untuk cerita fiksi karena pembaca biasanya kebingungan antara jenis dan nama misalnya di novel eragon Mas Davi bisa jadikan referensi juga --> Arya adalah seorang elf, dan elf jangkung ini tinggal di hutan du weldervaden.
    4. Hindari menggunakan deskripsi dengan kata/kalimat yang tidak lazim digunakan karena untuk mengerti fiksi saja pembaca harus berimajinasi kuat apalagi untuk mengerti bahasa-bahasa yang kurang lazim. Karena kebanyakan penulis terjebak akan hal ini.
    5. Jika ini dimaksudkan untuk prolog, Mas Davi tak perlu menuliskan ide cerita disini. Karena aku bacanya seperti sudah masuk di Bab I, prolog harus mewakili ide cerita memang tapi tidak perlu sedetail ini.
    6. Meski Mas davi menggunakan sudut pandang ke tiga, usahakan untuk fokus kepada salah satu tokoh cerita. Jika mas Davi perhatikan novel luar negeri selalu demikian kan, misalnya harry potter miss JK rawling selalu fokus kepada harry sebagai tokoh utama. Demikian juga Eragon, LOTR, apalagi TWILIGHT yang menggunakan sudut pandang orang pertama.
    7. Jika mas Davi ingin novel ini bersaing dengan novel2 luar negeri lainnya aku rasa akan lebih baik jika mas Davi memunculkan sesuatu yang beda dan lebih ke-indonesiaan & jangan lupa sisipkan pesan moral tanpa harus menggurui pembaca.
    8. Mas Davi selalu bisa direct discuss dengan Icha jika berminat. Pertama aku bisa menjadi editing dan memiliki banyak chanel penerbit jika ingin buku mas Davi ini diterbitkan (only suggestion) dan jika Mas Davi berminat klik aja www.ichaaffandy.co.cc (mas Davi coment di salah satu postingku dan aku bukan ibu2 lo, jangan terjebak dengan apa yang aku tulis karena itu bukan selalu berarti mendeskripsikan aku ^__^, keep writing, CAIYOO and GOOD LUCK Bro!!

    BalasHapus